Minggu, 03 Agustus 2014

Senja,Sore,Hujan,Cibodas dan Kerinduan Mendalam (FHE part 2)

Surya Kencana 2750 mdpl.

Seperti ini kah tempat yang selalu di bicarakan orang,mengenai bunga abadi yang yang tumbuh di lapang seluas kurang lebih 50 ha? Sederhana pertanyaan itu,sesederhana bunga abadi yang begitu saja tumbuh. Karena memang hidup menuntut kesederhanaan. "Janji ya kalo udh sampe surken jangan lari-lari?" Perintah ka Oci. Perasaan apa entah yang membuat bulu kuduk merinding, senang bukan kepalang. Bagaimana bisa hanya berdiam saja di tempat seindah ini? Alangkah di sayangkan kali itu aku tidak melihat langsung bunga abadi pada pohonnya,karena memang bukan waktunya ia untuk tumbuh. Daunnya saja sudah memerona bagaimana bunganya?.

"Kita nge camp dimana kak?" tanyaku bingung karena melihat tidak ada satupun tenda berdiri di sekitar situ. "Wah kita nge campnya masih lumayan jauh,sekitar setengah jam jalan dari sini." huh baiklah tak apa jika sambil melihat pemandangan seindah ini. Dinginnya surya kencana aku lewati didalam gandengan ka oci. Matahari yang mulai mengantuk membuat perjalananku semakin tak terasa, ditambah lagi carrier ku yang di bawakan bang Billy. Kami menikmati senja di surya kencana dengan ribuan bunga abadi, semuanya sukses membuatku tak ingin meninggalkan tempat ini. 
Tenda yang sudah didirikan sebelum kami sampai,siap ditempati. Sebelum memasuki tenda aku mencari carrierku yang tadi dibawakan oleh bang billy,dan membayangkan langsung bersantai di tenda seperti kamar sendiri. ZONK! Tendanya sudah full barang-barang,Kakak *muka kecewa*. Akhirnya datang pemilik barang-barang tersebut (bang baqho). Kak minos dan Kak Tia yang tadinya berada jauh di mato akhirnya sampai bersama bang Jerry dan bang Gunter. Mereka semua langsung memasuki tenda dan membereskan barang-barang agar tercipta suasana senyaman mungkin di tenda. Saat kami sedang beres-beres bang baqho kembali menyinggahi tenda kami,karena kasihan melihat anak kecil yang sedang kelelahan, hati bang baqho pun tergerak untuk membantu membereskan barang-barang. Huh big thanks to bang baqho. Semua barang-barang sudah rapih di tenda,sedangkan kak Oci sedang menyiapkan makan malam di tenda leader. Entah apa yang terjadi di sana,akhirnya kak Tia datang membawa santapan makan malam. Kak Oci dan bang Billy ikut makan malam bersama. Jadi ini yang dinamakan kekeluargaan di gunung? hmm. Setelah selesai makan malam,kami mengatur posisi tidur,team 4 siap tidur dengan nyenyak,walau dinginnya surken sangat menusuk hingga menembus tenda dan kemudian membuat hati ini beku sebeku-bekunya #abaikan

Kehangatan kantung tidur membuat tidurku lelap,sampai pada saatnya...hal ini terjadi lagi untuk ke 3 kali,dimana kak Syifa sesak nafas "lagi". Kami di paksa berpindah tenda,dan kak Syifa sedang di tangani oleh team medis. Di dalam tenda tersebut; aku,kak Tia,Windy,dan kak Minos sedang berjuan menahan dinginnya tenda, tiba tiba datang bang baqho membawakan kompor untuk kita berhangat-hangat. Lagi-lagi bang baqho datang sebagai super hero. Setelah bang baqho meninggalkan tenda kami,kak Minos tiada henti membicarakan bang Baqho,diam-diam kak Minos menaruh hatinya pada bang Baqho #eaa. Bahkan kak Minos menyiapkan panggilan sendiri untuk bang Baqho yaitu "Abang ganteng" uhukuhuk. Kompor pun dimatikan,kami saling berpelukan dan tercipta kehangatan yang mengantar tidur nyenyak kami,sialnya kami ketinggalan sunset surya kencana karena terlalu pulas tidur. Acara pagi hari di Surya Kencana adalah pembacaan puisi,pertanyaan-pertanyaan berhadiah,dan sebagainya,setelah acara selesai kami di beri pengumuman bahwa masing-masing team akan di acak kembali untuk menuju puncak gede dan turun melalui jalur ci bodas, perasaan tidak rela melihat kak Oci dan bang Billy berbagi perhatian ke peserta lain aahhh,entahlah sebabnya apa. Aku,kak Uty,Windy adalah satu team,dan kami di pimpin oleh bang Isu. 

Abaikan mukanya:")

Kita ber 4 lebih dahulu turun,mendahului yang lain. Maaf ya teman-teman bukannya ingin meninggalkan atau mendahului tp ini paksaan bang isu,aku kan ngga bisa turun sendiri:" haha. Ternyata fisik ku tak sekuat ketika naik,anehnya aku adalah satu dari 4 orang yang tidak suka trek turun, aku menjadi lebih payah ketika turun. Belum lagi hujan yang mengguyur kami,duhh hujan yang di dalem aja belom reda,di luar udah hujan lagi #abaikan. Tiba-tiba windy menghilang secepat Valentino Rossi. Dan yang tersisa hanya aku,bang Isu dan kak Uti. Setelah beberapa kali terpeleset di batu batu air panas,Sampailah aku di kandang badak dan kami beristirahat sebentar.

             
Di mohon Sekali lagi untuk mengabaikan mukanya
                            


Sampailah aku di Kandang Badak,yang tadinya ku sangka terdapat badak-badak. Dan ternyata hanyalah sebuah nama:') Selagi kami beristirahat datanglah kak agit,bang Harun,kak tika,kak gea dan amira. I wonder sih setauku kak agit sama...ah sudahlah,lanjutkan perjalanan! Kami berlomba-lomba saling mendahului *itung itung menghibur*. "Bang Isu,aku kepelet pipis" "Waduh gimana dong,kamu duluan sana sama amira,carriernya bang Isu yang bawain" Akhirnya,dua orang gadis menyusuri jalur cibodas saat hari mulai gelap,tanpa penerangan sama sekali. Setelah lama berjalan,akhirnya aku menemukan tempat untuk menyelesaikan urusanku,yang kebetulan aku bertemu kak Tia dan Bang jerry,kak Tia membekali ku tisu basah,dan Bang jerry membekali ku pisau,katanya sih buat jaga-jaga takut ada binatang,dan Almira membekali ku doa:') Dan tiba-tiba yang tadinya hanya 3 orang,menjadi ramai aaaku malu *tutup muka*. 

"Bang Isu carriernya punya anak? haha"

Finally, Aku,Amira,Kak Tia,bang Jerry,dan Kak Davit (doi gamau di panggil bang),menuruni lembah cibodas dengan guyuran hujan dan tas berat;". Lucunya Kak tia dan bang Jerry selalu mengagetkanku dengan seolah-olah menghilang, "almira,kayanya diantara mereka berdua ada chemistry deh" "iya kayanya,abis yang gapenting aja di omongin" eh ternyata bang Jerry sudah ada yang punya</3. Bang Jerry sukses membuatku tertawa sepanjang trek dan kak Davit membantuku dan Almira menerangi jalan, Kak Davit terus memanggilku dengan "kesatu" dan dia memanggil almira "kedua" huft. Pertanyaan dan pernyataan bodoh sepanjang trek turun membuatku melupakan rasa sakit pada kaki, saat sedang berjalan tiba-tiba kakiku tergelincir aaaww, "yaudah istirahat dulu,kakinya di olesin ini dulu nih" "ah gpp kok" "ye jangan,sini deh buka kakinya,kalo sakit teriak aja" belum sampai bang Jerry menyentuh kaki ku "aaahhhhhh" "yee tijel,belom juga kena udah teriak" "hehehe". Setelah melahap beberapa biskuit akhirnya kami memutuskan tidak beristirahat terlalu lama dan terus bergerak agar suhu tubuh tetap hangat.

Badan ku mulai melemas,kak davit setia menuntunku hingga ke bawah "dek,kamu lemes amat dilepas juga langsung jatoh. Terakhir makan kapan?" "kayanya tadi pagi deh di surken" "wah nanti kalo udah sampe basecamp makan ya" "tapi traktir ya bang" "iya deh aku pesenin,kamu yang bayar" *plak* Aku tau bang davit mencoba menghiburku,tapi aku lelah ingin cepat sampai:( Perjalanan hening,bang Jerry pun yang tadinya sepanjang trek membuat ku tertawa,saat itu seolah-olah semuanya tidak lucu,yang aku inginkan hanya berhenti berjalan. Bang davit terus-terus mengecek aku dan almira agar masih tetap dalam keadaan sadar "Bang kaget tau!" "kan cuma ngecek doang,kalo ditanya masih nyambung ngga" "ini sih bukan ngecek,bikin orang pingsan yang ada" "hahaha" sekali lagi aku sedang tidak mood untuk tertawa,huh! "Semuanya kalo ada yang capek bilang ya" kak Tia langsung menyahut seruan bang Jerry "Capek". Jawabnya? "yee tijel" 

Tempat-tempat yang seharusnya memukau,saat itu tidak terlihat karena gelapnya malam. Jalan perlahan-lahan memperhatikan batu demi batu,semuanya sudah tidak bersemangat lagi. Bang Davit terus menanyakan hal-hal yang tidak penting,untuk mengetes kesadaranku dan almira, dan kami hanya menjawab "heeh" "iya" "engga". Di tengah jalan aku menemukan sebuah pendopo dan ternyata berisikan Windy, bang Billy dan yang lainnya. Kami beristirahat sebentar, dibuatkan secangkir teh tawar karena persediaan gula sudah habis. Anehnya semua terasa nikmat. Lagi-lagi kami tak boleh beristirahat terlalu lama. Melanjutkan perjalanan compang camping, diguyur hujan, jalanan berbatu...lengkap sudah. 

Beruntunglah perjalanan tinggal sekitar 1 jam lagi. Aku sudah sangat lelah. Entah dimana aku saat itu,tapi mulai terlihat beberapa rumah dari kejauhan,dan kami beristirahat sebentar disitu,yang mana telah banyak peserta lain yang sudah sampai. Aku,almira dan bang Davit melanjutkan perjalanan ke basecamp,dan kak Tia dan bang Jerry entah dimana. 

"Kak masih lama nyampe di basecampnya?" 

"Dikit banget kok, ini tinggal belok kiri, lurus terus, nanti lewatin kolam gitu, belok kiri lagi, lurus terus belok kanan, nyampe deh" Hebohnya yang dikira bisa menghibur

"Oke, kalo boong traktir!" Beberapa cerita tentang kak Davit,Almira dan Aku menemani perjalanan singkat kita bertiga. Kali itu,aku tak ingin cepat sampai. Tapi ternyata tinggal beberapa langkah lagi sampai.

Sesampainya di basecamp aku berganti pakaian basah dengan yang kering dan beristirahat sebentar. dalam istirahat itu aku melamun, Perasaan tidak menyangka, terus menghantuiku malam itu. Perjalanan selama trek turun adalah perjalanan yang paling aku rindukan, saat pertanyaan-pertanyaan bodoh terlontar dari mulutku, saat badan ku sangat lemas hingga harus di tuntun (bang davit), saat aku merasa memberi kasih sayang kepada seorang adik (almira),saat aku merasa di manja oleh seorang kakak (kak Tia) dan saat aku harus terhibur,lalu melupakan perjalanan (bang Jerry) dan terus menyebut kata tijel sepanjang perjalanan,aku menyebutnya bang tijel haha. 

Perjalanan Naik pun tak akan aku lupakan. Oleh head dan tail dan anggota-anggota lain. Ah,aku menyesal ingin cepat-cepat sampai.

Banyak hal terjadi dalam tiga hari tersebut,sesampainya dirumah aku ingin mengatakan ke pada bunda ku bahwa ini adalah perjalanan paling bermanfaat. Di temani oleh kakak-kakak yang semula belum aku kenal,kini aku berteman baik dengan mereka, bertanya-tanya tentang hal yang akan terjadi dalam hidupku. Aku merasa punya ayah dan bunda muda, merasakan ke takutan seorang teman saat melihat teman yang satu di ambang batas hidup, merasakan dingin yang sangat menusuk, merasakan lelahnya membawa bekal hidupku selama tiga hari, merasakan berdiri di tempat tinggi, mencium bau belerang, dan satu lagi,merasa merindukan rumah:)

Salam Rindu,Peserta FHE 2014

Shania Oktrisia

Baca cerita sebelumnya Disini-->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar